Senin, 17 Desember 2012

Persiapan Praktek Lapangan


“Ah, sebentar  lagi mau praktek lapangan besar, semua perlengkapan harus lengkap nih..” ucap Maktsum.
Yap, Praktek Lapangan atau disingkat dengan PL adalah agenda rutin setiap akhir semester ganjil kampusku untuk semester tiga ke atas. Berhubung aku baru semester tiga, jadi ini adalah pertama kalinya aku mengikuti PL ini. Semua perlengkapan harus kami siapkan sebelum hari itu tiba. Mulai dari sepatu boat, celana, senter, matras, kaos kaki dan masih banyak lagi.
Pagi itu, 2 minggu sebelum PL tepatnya 11-12-2012 pukul 06.58 WIB, datang sebuah pesan singkat dari Maktsum.
“ Yu, nti hbs prktkum, mw blnja bhan2 PL sm ak”.
         “Belum ada uang mksum..  aku temenin aja ya..”. Balasku
“Ok.. Ak gk pnde nawar. Bntuin, y.. :-D”.
“Oke”. Balasku singkat
Note : #pesan ini tidak direkayasa tapi nyata adanya. Hehe :D
Selesai praktikum Taksonomi Tumbuhan, kami isi perut dulu sebelum pergi di kantin kampus.
Tepat jam 11.00 WIB, kami berangkat menuju... Pasar Aceh..
dengan motor kesayangan Maktsum dan dengan pedoman catatan yang ada di telapak kaki maktsum, eeh, salah, ralat. Telapak tangan maktsum maksudnya.. Maaf ya Maktsum hehe pisss.. (^_^)v
Barang yang pertama kami beli adalah celana panjang yang banyak sakunya. Alhasil, setelah hampir satu jam lebih muter-muter, dapatlah celana yang kami inginkan.. (^_^)


Waktu dhuhur hampir tiba, kami menyempatkan shalat di mesjid Raya Baiturrahman.
        
Selesai shalat langsung berburu sepatu, mampir ke toko sini dan mampir ke toko sana..

Dengan duduk manis, maktsum mencoba satu persatu sepatu yang akan di belinya. Si pemilik tokopun dengan sabar melayaninya dengan memberikan beberapa nomor sepatu yang di coba oleh maktsum.
        “Maktsum, tanya dulu harganya berapa?”. Tanyaku
        “Nanti kita tanya, coba dulu sampe puas”. Jawabnya sambil berbisik.
Setelah tawar menawar dengan sang pemilik toko, akhirnya maktsum tidak jadi membeli sepatu tersebut dengan alasan sepatunya tidak cocok alias tidak ada nomer seukuran kaki maktsum yang 37 ½. Berikut adalah percakapan maktsum dengan pemilik toko.
“Pak, ini gak jadi”. Sambil meletakkan sepatu tersebut dengan wajah sok imutnya.
“Loh, kenapa gak jadi?”.
“Gak ada nomer yang cocok pak”.
“Emang nomer berapa?”. Tanya si pemilik toko heran.
“Nomer 37 pak, tapi ada setengahnya”.
        “Sepatu ini tidak pakai nomer ½ dek, yang ada tu nomer pas semua, 37, 38, 39, gak pake setengah dek. Sepatu yang lain mau?”. Bujuk pemilik toko.
“gak pak, makasih”.
Dan kami langsung kabur dari toko itu.#Hahaaa
***
        Setelah muter-muter cari sepatu di toko yang lainnya, sepatu tersebut juga belum kami dapati. Aku mulai pasrah. Ku ajak pulang Maksum yang masih dengan semangat membaranya memburu sepatu.
        “Kita carinya besok aja, sekarang kita pulang sambil beli matras”. Bujukku.
        “Ya udah lah, ayo”.
        Dan kamipun segera memburu MATRAS. Kami bingung mau cari matras di toko mana, setiap toko kami tanyai. Mulai dari toko perabot, toko peralatan rumah tangga, toko gorden, toko baju hingga toko alat-alat pancing. Setiap toko yang kami hampiri tidak tahu apa itu matras bahkan baru dengar namanya sekarang. #puyeng!!
        Berikut sedikit kami abadikan ketika menghampiri toko pancing.


Setelah lelah barang yang dicari tak dapat, akhirnya menelpon ejar, teman kami yang lebih dulu membeli matras.
“Jar, beli matras di toko mana ya?”.
        “Di toko militer maksum”.
        “Haa, jadi di toko militer, ngapain kami capek-capek muter tanya di toko pancing”. Dengan nada kaget yang minta ampun..
“Ejar beli dimana?”
“Aku belinya di toko E, 75 ribu. Tapi ada juga di dekat hotel Lalala”.
“Oh, ada aku liat hotel itu, aku ketawain namanya karena lucu, hahaha. Udah ya jar, kami mau cari hotel itu dulu. Masih ya”.
        “tut..tut...” . pembicaraan terputus.
Kamipun segera mencari hotel tersebut...
Tak terhitung berapa kali kami keliling kota Banda Aceh, dengan terik matahari yang menyengat kulit hingga tak sadar bensinpun sudah menipis.
         "Aduh, kenapa gak kelihatan ya hotel itu, padahal tadi pagi aku lihat dan ketawa lihat nama hotel yang lucu menurutku".
         "Nah, itu dia. Karma tuh maktsum, makanya gak keliatan tuh hotel". Ucapku dengan ekspresi muka yang meyakinkan.

 "Bener juga yah, aduh dosa ni aku ketawainnya". Ucap maksum dengan gelisah.
         " Ya udah, kita pulang aja, sekalian mampir di tempat sepupu aku ambil panci untuk praktek buat pupuk nanti". Pintaku.

Benar saja, tiba-tiba motor maksum berhenti di tengah jalan karena kehabisan bensin. dan beginilah proses perjuangan maksum mencari bensin karena SPBU begitu jauh. 




Dan... setelah muter - muter, akhirnya bensin yang dicaripun didapat...
#hahaha senangnya.. :D
akhir cerita, kami muter - muter hampir lima jam. Pusing dengan hotel L yang gak kelihatan batang hidungnya.  L
oh, hotel kan gak ada hidung #efek puyeng (-_-)"

       Begitulah sepenggal kisah antara Aku dan Maksum yang begitu menyenangkan..
Terima kasih sudah membaca.. \(^o^)/