Senin, 03 Februari 2014

Eskalator Menuju Rumah hantu

Saat itu kami baru saja pulang  dari mesjid. Hari itu adalah hari terakhir kami  sebelum liburan. Kami sempatkan untuk berbelanja, kebetulan masjid itu dekat dengan pasar. Pasar itu baru saja diperluas dan baru dibuka juga. Tak ada pengunjung dipasar itu, hanya kami berempat kala itu. Jelas saja, kami jadi pelanggan rebutan bagi setiap toko. Baru saja kami menaiki tangga, sudah ada yang mengajak mampir ke tokonya. 
"Ayo dek mampir dulu ke toko kakak, mau beli apa?" 
"Beli sepatu kak" Jawabku.
"Oh ya, ayo ke toko kakak"
"Iya kak"
"Kalian mau lihat rumah hantu juga ya?"
"Haa, rumah hantu kak? emang ada rumah hantu ya di pasar ini?
"Ada, di lantai tiga, baru buka juga".
Setelah sampai di lantai dua, kamipun sibuk  melihat barang yang ditawarkan setiap toko. Kakak itupun berlalu meninggalkan kami menuju tokonya. 
Kami serasa jadi artis yang kemanapun pergi jadi perhatian seolah-olah mereka mengejar meminta tanda tangan. Haha LOL.
Setelah lelah berkeliling dan hanya membeli satu pasang sepatu, kamipun berniat untuk turun. Karna gedung itu baru, jadi kami kewalahan mencari jalan untuk keluar. Ketika kami menemukan jalan keluar, aku mendengar suara nyanyian yang begitu keras dan menyeramkan. Ternyata sepasang eskalator disebelah kiri kami.
Aku mengira bahwa suara yang super kuat itu berasal dari eskalator tersebut. “Aneh, kok eskalatornya seram gitu ya?”
"Lantai tiga bukannya ada rumah hantu ya?" Jawab Syifa dengan wajah gelisah.
"oh iya, benar kata kakak tadi ada rumah hantu dilantai tiga" Jawab Lisna.
"Ayo kita naik, aku penasaran sama rumah hantunya" Dengan gayaku yang sok berani.
"Ayo lah" Sahut Fenny.
Syifa  yang sudah mulai memucat tak mau memgikuti kami berdua yang sudah menaiki eskalator. Ditarik-tariknya tangan Lisna agar lisna tidak mengikuti kami. Lisnapun takut jika kami meninggalkan dia. Lisna kemudian ikut naik eskalator bersama kami. Syifa yang sudah pucat pasi akhirnya memberanikan diri untuk naik juga dengan memegang erat tangan lisna.
Aku yang berdiri paling depan seolah menjadi ketua dalam kejadian itu. Eskalator itu terus memebawa kami naik ke atas. Perlahan-lahan mulai terlihat lantai tiga. Jantungku mulai berdegup kencang, takut tiba-tiba datang hantu yang langsung mengagetkan kami. Tapi hal itu berbalik belakang. Ruangan itu kosong melompong tak ada satu orangpun di sana sementara suara musik menyeramkan itu makin jelas terdengar. Lantas saja aku kaget bukan kepalang. Eskalator itu masih berjalan membawa kami yang tinggal beberapa detik lagi mencapai lantai tiga. 
"Loh, kok gak ada rumah hantunya? kok kosong gini? jangan-jangan kita ditipu kakak itu dan ada hantu beberan disini". Dengan wajah yang mulai pucat, aku mulai berlarian menuju eskalator untuk turun ke lantai dua yang tepat berada di sebelah eskaloator ini. Syifa yang sudah dari awal ketakutan dan saat itu masih berada jauh dari saya langsung berlarian melewatiku, mendorong lisna dan fenny yang berada dua langkah dibelakangku. Ketika syifa melewatku, aku melihat kesudut kanan ruangan itu ada sebuah speaker sedang yang ternyata menghasilkan suara nyanyian yang menyeramkan itu. Ketika aku berbalik arah aku melihat sesuatu. Dan tahu apa yang aku lihat?. Ada senuah ruangan yang tertutup menghadap kesebelah utara. Ternyata itulah rumah hantunya. Pantas ketika kami menaiki tidak melihat apapun ternyata tempat itu berada pada arah berlawanan.
"Syifa..!" Teriakku. "Rumah hantunya ada disebelah sana !".
Fenny dan lisnapun langsung melongo melihat tempat itu.
"Benar, ada disana !"

"Aku gak berani lagi ayo kita pulang" jawab syifa dengan wajah gemetar dan bibir yang pucat.
Langsung saja kami tertawa melihat tingkah Syifa yang seperti itu. 
Kami langsung turun dan tertawa mengingat tingkah kami kala itu. Haah, itu baru permulaan rumah hantu. Mungkin akan ada sejuta cerita jika kami benar-benar memasuki rumah hantu tersebut. Dan bagaimana reaksi Syifa jika itu terjadi. Bukan hanya pucat pasi lagi mungkin lebih dari itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar