Selasa, 15 Juli 2014

Umak, I Love You

Umak, itulah panggilan saya kepada Ibu saya. Disini saya akan mencerikan sepenggal kisah tentang Ibu saya. Semoga berkenan untuk membacanya.

Ibu saya seorang guru agama Islam  SD yang memiliki 3 orang anak dan hanya tersisa dua, Aku dan Abangku.  Ibuku sama dengan ibu-ibu yang lainnya tapi sangat istimewa bagiku.

Ibuku, setiap hari merinduiku. Ibuku selalu lama jika berdoa. Pernah suatu hari saya bertanya kepada Ibu, kenapa selalu lama jika berdoa? kemudian dia menjawab "Umak selalu berdoa untuk kalian, untuk orang tuaku agar dilapangkan kubur, dihindari siksa neraka dan semoga masuk syurga. Dan masih banyak yang lain". Saya langsung terdiam dan terharu mendengarnya. Bagaimana tidak, saya kadang sholat buru-buru hingga tak sempat berdoa sekusyu' itu.

Ibuku, tak pernah menyuruh saya belajar justru saya lah yang terus belajar. Loh, kenapa seperti itu? Ya, karena saya sudah dibiasakan sejak kecil oleh Ibuku untuk belajar. Hingga beranjak remaja tanpa perlu disuruh belajarpun saya akan melaksanakan rutinitas itu. Sama ketika Ibu tak pernah menyuruh saya untuk shalat. Ya, karena hal itu. Saya sudah mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan itu tanpa perlu disuruh lagi.

Ibuku, selalu memberikanku semangat ketika saya benar-benar down saat kuliah. Meski hanya bicara lewat Hp, dia selalu jadi motivator terbesar dalam hidup.
"Umak, nilai kuliahku banyak yang buruk, padahal sudah belajar banyak. Bagaimana jika aku tidak mendapat IP yang bagus semester ini?"
"Jangan terlalu banyak belajar, santai saja. tidak apa nilaimu tidak baik, yang penting kamu kuliah dengan benar. Hasilnya serahkan kepada Allah".

Ibuku, selalu memberi nasihat kepadaku. Dia pernah menceritakan padaku kisah "Luqman" dalam Al-quran. Tentang bagaimana Luqman memberi nasihat kepada anaknya. Dan masih banyak lagi nasihat yang tak bisa ku ceritakan, yang semua nasihat itu ada dalam Al-Quran.

Ibuku, selalu menyerahkan semua takdir kepada Allah. Karena semuanya atas izin Allah.
Suatu hari, ada tamu yang datang ke rumah dan kala itu masa liburan kuliah. Saya menemani tamu tersebut duduk bersama. Tamu tersebut bertanya kepada saya "Sudah kuliah?".
"Iya" Jawabku.
"Abang kamu masih kuliah juga ya?'
"Iya" Jawabku lagi dengan malu.
Lantas tamu tersebut berbicara dengan ibuku.
"Kalau mereka kuliah semua, rumah jadi sepi ya buk"
"Iya, itu memang kemauan mereka, saya dukung saja". Jawab Umak.
"Ibu izin kan mereka kuliah? jadi pisahlah dengan mereka, gak merasa kesepian?" tanya tamu itu lagi.
"Ada masanya mereka milik kita, ada masanya mereka punya kehidupan sendiri. Jadi sekarang masa mereka dengan saya sudah habis saatnya mereka punya jalan hidup sendiri. Masa mereka dengan kita hanya sampai SMA saja, belum lagi abangnya hanya sampai SMP saja, SMA sudah pisah tinggal di asrama sekolahnya. Jika mereka pergi, ada Allah yang selalu menjaga mereka, saya hanya bantu lewat doa untuk mereka."
Tamu tersebut hanya termanggut-manggut saja, menmbenarkan apa yang dikatakan Ibuku.
Tanpa sadar, Umak memberi pelajaran yang berarti untuk kehidupanku kelak. Sabar dan Syukurlah kunci dari kehidupan.

Ibuku, tak pernah meminta balasan apa yang telah dia berikan kepada kami.
Saya selalu dijahitkan baju oleh ibu, saya selalu senang untuk itu. Hari itu saya dan ibu pergi ke toko kain untuk membeli bahan baju untukku. Disana saya berjumpa dengan teman lama. Teman semasa SMP. Teman saya tidak seberuntung saya yang bisa melanjutkan kuliah. Dengan ramah dia menyapa saya.
"Hey, kapan pulang?"
"Sudah dua hari yang lalu" Jawabku. "Beli kain baju juga ya?" Tanyaku
"Bukan, saya hanya temanin sepupu".
"Oh gitu ya, sila lanjutkan lihat-lihat kainnya dulu".
"Iya". Dia berlalu sambil melihat-lihat sekitar.
Setelah selesai mencari kain yang aku inginkan, saya dan ibu kembali pulang ke rumah.
Setibanya di rumah, saya menceritakan kembali perjumpaan teman lama ku pada ibu.
"Umak, saya beruntung masih bisa kuliah, sedang teman saya tadi, tak punya uang untuk kuliah".
"Bersukurlah kepada Allah karena dia yang memberi rezeki dan nikmat kepada kita" Jawab Ibuku.
"Umak, bagaimana jika saya tidak dapat membalas semua yang kau berikan?"
Sontak saja pertanyaan itu muncuk dari mulut saya. Dan tahu apa jawaban Ibuku?
"Jika nanti saya meninggal hanya satu yang saya minta, kamu cukup mendoakanku saja".
"Makasih banyak Umak..." :'(

Itulah sepenggal kisah tentang Ibuku. Tulisan ini terinspirasi dari lagu Muara Kasih oleh Erie Susan. Lagu kesukaan Ibuku dan Ibu menyuruh aku dan abangku untuk mendownload lagu itu ketika kami masih diperantauan. Jika mendengar lagu ini saat diperantauan, uuh, bakal nangis deh ingat ibu. Liriknya nusuk banget.

Read more: http://www.wowkeren.com/lirik/lagu/erie_susan/muara-kasih-bunda.html#ixzz37bYARRnP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar